Dalam dunia seni bela diri campuran (MMA), hanya sedikit petarung yang mampu membangun warisan abadi. Salah satunya adalah Valentina “Bullet” Shevchenko. Setelah kehilangan sabuk juara kelas terbang wanita UFC pada 2023, banyak yang mempertanyakan apakah era dominasinya telah berakhir. Namun pada UFC 315 yang berlangsung di Bell Centre, Montreal, 11 Mei 2025, Shevchenko membungkam semua keraguan itu. Ia bangkit, bertarung dengan presisi mematikan, dan akhirnya merebut kembali sabuk juara yang dulu menjadi simbol supremasinya.
Pertarungan Penentu: Shevchenko vs. Manon Fiorot
Partai co-main event UFC 315 mempertemukan dua seniman bela diri dengan gaya bertarung yang sangat berbeda. Fiorot, petarung asal Prancis yang sedang naik daun, membawa gaya agresif khas Eropa, mengandalkan tekanan konstan dan tendangan tinggi. Di sisi lain, Shevchenko, mantan juara yang dikenal dengan kalkulasi dan kecepatan seperti peluru, memilih untuk bermain cerdas—menunggu celah dan memanfaatkan setiap kesalahan lawan.
Pertarungan berjalan selama lima ronde penuh. Shevchenko mendemonstrasikan pengalaman dan teknik kelas dunia, memanfaatkan kombinasi tendangan, pukulan balik, serta clinch dan takedown yang bersih. Fiorot memang sempat menyulitkan di ronde kedua, namun dominasi Shevchenko makin terasa di ronde ketiga hingga kelima.
Ketika bel terakhir berbunyi, semua mata tertuju pada juri. Tak butuh waktu lama—Shevchenko dinyatakan menang melalui keputusan mutlak. Tangannya diangkat, dan sabuk emas UFC kembali melingkari pinggangnya.
Kebangkitan Seorang Juara
Kemenangan ini bukan sekadar pencapaian biasa. Ini adalah momen kebangkitan bagi Shevchenko setelah sempat dianggap melewati masa keemasannya. Kekalahannya dari Alexa Grasso pada 2023 sempat mengejutkan dunia. Namun alih-alih larut dalam kekecewaan, Shevchenko menjadikannya bahan bakar untuk berkembang.
Dalam konferensi pers seusai pertarungan, Shevchenko berkata, “Saya tahu saya akan kembali. Ini bukan tentang siapa yang menjatuhkanmu, tapi seberapa cepat dan kuat kamu bangkit.” Pernyataan itu menegaskan bahwa mental juara adalah senjata terkuatnya, bahkan lebih dari tendangan putar atau counter hook yang mematikan.
Dampak pada Divisi Kelas Terbang
Kembalinya Shevchenko sebagai juara membawa efek domino pada seluruh divisi. Petarung lain seperti Erin Blanchfield, Casey O’Neill, dan Alexa Grasso (jika ia kembali ke divisi) kini harus kembali menyusun strategi menghadapi sosok yang hampir tak memiliki kelemahan teknis di oktagon.
Ke depannya, pertarungan ulang dengan Grasso atau pertarungan super dengan juara kelas strawweight menjadi opsi menarik yang sudah ramai dibicarakan penggemar dan analis.
Fakta Menarik Karier Valentina Shevchenko
-
Lahir di Kyrgyzstan, memiliki kewarganegaraan ganda Kyrgyzstan-Peru.
-
Memiliki sabuk hitam Taekwondo dan latar belakang muay thai yang sangat kuat.
-
Memulai karier profesional MMA sejak 2003.
-
Sebelum pertarungan di UFC 315, Shevchenko telah bertarung 28 kali dengan 23 kemenangan.
Reaksi Dunia MMA
Media sosial penuh dengan pujian terhadap Shevchenko. Para petarung, analis, hingga legenda MMA memberikan selamat. Beberapa menyebut kemenangan ini sebagai “salah satu comeback terbaik dalam sejarah divisi wanita UFC.”
Fiorot sendiri dengan sportif mengakui keunggulan lawannya. “Dia petarung hebat. Saya akan belajar dari kekalahan ini dan kembali lebih kuat,” katanya seusai pertandingan.
Apa Selanjutnya untuk Sang Peluru?
Shevchenko kini memiliki banyak pilihan. Apakah ia akan memberi Fiorot kesempatan rematch? Apakah ia akan menghadapi penantang baru seperti Blanchfield? Atau mungkin naik kelas dan mengejar tantangan lebih besar?
Satu hal yang pasti: dunia MMA kembali dikuasai oleh peluru tercepat dari Kyrgyzstan. Valentina Shevchenko bukan hanya kembali sebagai juara—ia kembali sebagai legenda hidup.