Samurai di Kelas: Jiri Prochazka Tolak Pertarungan UFC Demi Ujian Universitas

Di dunia seni bela diri campuran (MMA), seorang petarung biasanya mengorbankan segalanya demi peluang bertarung di panggung besar seperti UFC. Tapi Jiri Prochazka, mantan juara kelas berat ringan UFC yang dikenal karena gaya bertarung eksentrik dan semangat “bushido”-nya, memilih jalan berbeda. Pada Mei 2025, ia mengejutkan dunia dengan menolak tawaran pertarungan gelar besar demi mempersiapkan ujian universitasnya.

Langkah ini menjadi pembicaraan luas di kalangan penggemar dan analis MMA. Apakah keputusan ini mencerminkan kedewasaan seorang petarung, atau sebuah risiko besar dalam karier profesionalnya?

Latar Belakang: Si Samurai dari Republik Ceko

Jiri Prochazka bukan sekadar petarung biasa. Ia dikenal karena karakter spiritualnya, latihan ekstrem, serta filosofi hidup yang mendalam. Julukan “Samurai Ceko” melekat padanya karena gaya bertarung yang mengandalkan keberanian dan intuisi, dan ia sering mengutip prinsip-prinsip Bushido dalam wawancara.

  • Lahir: 14 Oktober 1992, di Znojmo, Ceko

  • Rekor: 30 menang, 4 kalah, 1 imbang

  • Gelar: Mantan juara kelas berat ringan UFC

  • Pendidikan: Saat ini sedang menempuh studi tingkat sarjana di bidang filsafat dan psikologi di Charles University, Praha.

Tawaran Besar yang Ditolak

Pada April 2025, UFC menawarkan Prochazka pertarungan besar melawan pemenang antara Alex Pereira vs. Jamahal Hill, yang dijadwalkan di UFC 316. Namun, Prochazka menolak tawaran tersebut dengan alasan yang tidak biasa:

“Saya tidak bisa menerima pertarungan ini hanya dengan pemberitahuan beberapa minggu. Saya punya ujian akhir di universitas, dan saya tidak akan tampil setengah hati di oktagon.”

Pernyataan ini sontak membuat kaget penggemar dan pihak UFC, yang selama ini melihatnya sebagai sosok siap tempur kapan pun.

Mengapa Prochazka Memilih Ujian daripada UFC?

Keputusan Prochazka berakar dari disiplin pribadi dan prinsip hidupnya. Ia percaya bahwa bertarung bukan sekadar soal kemenangan, tetapi soal kesiapan fisik, mental, dan spiritual. Menerima pertarungan tanpa persiapan penuh dianggapnya sebagai bentuk pengkhianatan terhadap dirinya sendiri dan lawannya.

Beberapa alasan utama di balik keputusan ini:

  1. Pendidikan sebagai prioritas jangka panjang

    • Ia ingin melanjutkan studi hingga tingkat doktoral di masa depan.

  2. Integritas sebagai petarung

    • Ia hanya ingin bertarung jika berada dalam kondisi prima.

  3. Keseimbangan hidup

    • Ia percaya bahwa seorang petarung sejati juga harus memiliki sisi intelektual.

Reaksi Dunia MMA: Antara Kagum dan Kritik

Keputusan Prochazka menuai respon beragam:

Pujian

  • Daniel Cormier: “Ini menunjukkan kedewasaan luar biasa. Petarung modern tak hanya soal otot, tapi juga otak.”

  • Joe Rogan: “Saya menghormati keputusannya. Dunia ini butuh lebih banyak Prochazka.”

Kritik

  • Beberapa fans menyayangkan keputusannya, menganggap ia melewatkan momen emas dalam karier.

  • Pihak UFC kabarnya kecewa, karena Prochazka adalah magnet penonton.

Namun, sebagian besar suara tetap menghargai keberaniannya dalam menentang arus dominan industri olahraga yang sering mengorbankan kesehatan dan kehidupan pribadi demi ketenaran.

Dampak terhadap Karier UFC-nya

Keputusan ini memang berisiko:

  • Posisi peringkatnya bisa tergeser oleh petarung yang lebih aktif.

  • UFC bisa memprioritaskan petarung lain untuk laga-laga besar.

  • Namun, popularitas dan citra positif Prochazka justru meningkat, karena ia menunjukkan sisi kemanusiaan yang jarang terlihat dalam olahraga keras ini.

Apa Selanjutnya untuk Prochazka?

Menurut beberapa laporan, Prochazka kemungkinan akan kembali ke oktagon pada akhir 2025. Ia dikabarkan mengincar:

  • Pemenang duel antara Magomed Ankalaev vs. Jan Blachowicz

  • Atau pertandingan ulang melawan Alex Pereira, jika waktunya tepat

Di luar arena, ia juga disebut-sebut akan menerbitkan buku tentang filosofi bertarung dan kedisiplinan hidup, berdasarkan catatan pribadinya selama bertahun-tahun.

Penutup: Kemenangan di Dalam dan Luar Oktagon

Jiri Prochazka bukan hanya simbol kekuatan fisik, tetapi juga ikon dari kekuatan karakter. Di era di mana banyak petarung mengejar ketenaran instan, ia memilih menempuh jalan berbeda — menyeimbangkan sabuk juara dan gelar sarjana.

Keputusannya menolak pertarungan besar demi ujian universitas bukanlah bentuk kelemahan, melainkan bukti dari kedewasaan dan prinsip hidup yang kuat. Ia menunjukkan kepada dunia bahwa seorang juara sejati adalah mereka yang bisa menang di oktagon dan juga di panggung kehidupan.

More From Author

Pertarungan Puncak: Dricus du Plessis vs. Khamzat Chimaev di UFC 319 – Siapa yang Akan Bertahan?

Pertarungan Puncak: Ilia Topuria vs. Charles Oliveira di UFC 317 untuk Gelar Ringan yang Kosong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *