Pembuka: Dua Ikon dan Sebuah Pertanyaan Besar
Dunia MMA kembali diguncang bukan oleh pukulan atau kuncian di oktagon, tetapi oleh pernyataan mantan juara dunia UFC dan Hall of Famer, Rashad Evans, yang menyarankan sahabat sekaligus rival lamanya, Jon “Bones” Jones, untuk mengakhiri kariernya sekarang—selagi berada di puncak.
Komentar ini muncul di tengah spekulasi besar mengenai kemungkinan pertarungan antara Jon Jones dan juara interim kelas berat, Tom Aspinall, yang kini tengah naik daun. Evans dengan penuh pertimbangan menyampaikan bahwa pensiun bukanlah kekalahan, melainkan simbol kebijaksanaan dalam memilih jalan keluar yang terhormat.
Latar Belakang: Jon Jones dan Legasi yang Sulit Ditandingi
Jon Jones, mungkin adalah petarung terhebat dalam sejarah UFC, dengan rekam jejak luar biasa di kelas berat ringan dan kini sebagai juara kelas berat. Setelah mengalahkan Ciryl Gane pada Maret 2023, Jones sempat vakum karena cedera, namun spekulasi kembalinya ia ke oktagon—untuk menghadapi Aspinall—kian mencuat di tahun 2025.
Dengan catatan hanya satu kekalahan (kontroversial), dominasi Jones di atas kanvas hampir tak tertandingi. Namun kini, di usia 37 tahun dan setelah cedera besar, pertanyaan besar pun muncul: haruskah ia kembali?
Rashad Evans: Suara Bijak dari Veteran
Dalam wawancaranya di TalkSport MMA, Evans mengungkapkan bahwa sebagian besar dirinya berharap Jones justru memilih untuk pensiun daripada mengejar pertarungan berikutnya.
“Sebagian dari diriku ingin melihat Jon pensiun. Dia telah meraih segalanya. Mengalahkan lawan demi lawan. Apa lagi yang perlu dia buktikan?” — Rashad Evans
Evans, yang dulu pernah berseteru dengan Jones di dalam dan luar ring, kini berbicara sebagai seorang rekan seprofesi dan kakak seperjuangan, yang memahami betul betapa berisikonya tetap bertarung di usia matang melawan generasi baru seperti Aspinall.
Mengapa Pertarungan vs Tom Aspinall Jadi Perdebatan?
Tom Aspinall, petarung asal Inggris, adalah wajah baru divisi kelas berat. Cepat, tangguh, dan teknikal, ia disebut-sebut sebagai lawan terberat bagi siapa pun, termasuk Jon Jones. Banyak penggemar menantikan pertarungan antara keduanya sebagai uji definitif siapa “the real king” di kelas berat.
Namun Evans memperingatkan bahwa pertarungan itu bisa merusak warisan yang telah dibangun Jones selama 15 tahun terakhir, jika berakhir dengan kekalahan yang tak perlu.
“Kadang, para petarung hebat ingin mengakhiri karier mereka dengan satu pernyataan terakhir. Tapi risikonya sangat besar. Dan Jon, menurut saya, sudah tak perlu membuktikan apa pun.”
Respons Penggemar: Terbelah Antara Hormat dan Hasrat Tontonan
Pernyataan Evans memicu reaksi beragam di media sosial. Sebagian menyetujui dan menganggap pensiun sebagai pilihan elegan, mengingat rekam jejak Jones yang sudah monumental. Sementara yang lain justru mendorong duel Jon Jones vs Aspinall sebagai “pertarungan yang harus terjadi.”
Komentar di media sosial seperti:
-
“Jon pensiun sekarang = GOAT forever.”
-
“Tapi kalau dia kalahkan Aspinall, itu jadi pernyataan terbesar sepanjang masa.”
-
“Evans mungkin benar. Lebih baik keluar sebagai legenda daripada jatuh sebagai manusia biasa.”
Jon Jones: Masih Bungkam, Tapi Mengirim Sinyal
Jon Jones sendiri belum memberikan komentar resmi terkait pernyataan Evans. Namun dalam unggahan X (dulu Twitter), ia sempat menyatakan:
“Greatness doesn’t fear challenge. But greatness also knows when to rest.”
Sebuah kalimat yang ambigu—apakah ia siap bertarung atau justru mempertimbangkan masa pensiunnya?
Kesimpulan: Pensiun atau Pertarungan Terakhir?
Dalam dunia olahraga, meninggalkan panggung saat berada di puncak adalah langkah sulit namun penuh kehormatan. Rashad Evans, sebagai orang yang pernah mengenal baik sisi terang dan gelap Jon Jones, memberikan perspektif yang manusiawi—bukan hanya sebagai analis, tetapi sebagai saudara dalam dunia pertarungan.
Kini, bola ada di tangan Jon Jones. Apakah ia akan memilih jalur seperti Khabib—pensiun sebagai juara tak terkalahkan, atau seperti Muhammad Ali—bertarung hingga akhir, dengan segala risiko yang menyertainya?
Apa pun pilihannya, Jon Jones telah mengukir sejarah. Dan pernyataan Rashad Evans hanyalah pengingat bahwa warisan bukan hanya ditentukan oleh kemenangan terakhir, tetapi oleh kapan kita tahu untuk berhenti.