Penghargaan atau Kontroversi? Vitor Belfort Masuk Hall of Fame, Bisping Angkat Bicara

Keputusan UFC untuk memasukkan Vitor Belfort ke dalam Hall of Fame memicu reaksi beragam dari para penggemar dan mantan petarung. Salah satu reaksi paling mencolok datang dari mantan juara kelas menengah UFC, Michael Bisping, yang dikenal memiliki sejarah panjang dan tidak menyenangkan dengan sang legenda asal Brasil itu.

Legenda dengan Jejak Panjang

Vitor Belfort bukan nama asing di dunia MMA. Ia mencatatkan debutnya di UFC sejak 1997, dan menjadi salah satu petarung termuda yang memenangkan turnamen di usia 19 tahun. Selama lebih dari dua dekade kariernya, Belfort dikenal sebagai striker eksplosif yang mampu mengakhiri pertarungan hanya dalam hitungan detik.

Belfort pernah merebut sabuk juara kelas berat ringan UFC dan mencatatkan pertarungan ikonik melawan nama-nama besar seperti Anderson Silva, Dan Henderson, Randy Couture, hingga Jon Jones.

Michael Bisping: “Dia Seorang Cheater!”

Namun tidak semua menyambut berita ini dengan tepuk tangan. Michael Bisping, yang mengalami cedera mata serius setelah bertarung melawan Belfort pada 2013, menyuarakan kritik keras. Menurutnya, Belfort tidak pantas mendapat tempat terhormat di Hall of Fame karena penggunaan TRT (Testosterone Replacement Therapy) yang saat itu masih diperbolehkan.

“Kita harus jujur, Belfort adalah salah satu petarung paling berbakat, tapi dia juga salah satu pengguna doping terbesar dalam sejarah MMA. Saya kehilangan penglihatan di satu mata karena dia,” ujar Bisping dalam podcast-nya.

Bisping memang pernah menyatakan bahwa tendangan kepala Belfort yang menyebabkan kerusakan permanen pada matanya, tidak mungkin terjadi jika tidak didukung oleh peningkatan performa akibat TRT.

TRT: Bayang-Bayang Gelap Karier Belfort

Terapi pengganti testosteron menjadi isu besar dalam karier Belfort, terutama selama “TRT Era” pada awal 2010-an. Dalam periode itu, Belfort tampil luar biasa—memenangkan laga dengan knockout spektakuler melawan Luke Rockhold, Michael Bisping, dan Dan Henderson. Namun, semua kemenangan itu dibayang-bayangi kontroversi karena hasil uji hormon yang luar biasa tinggi.

Pada 2014, UFC melarang TRT secara resmi, dan performa Belfort pun menurun secara signifikan. Banyak yang beranggapan bahwa ini adalah bukti bahwa TRT sangat mempengaruhi kemampuannya di dalam oktagon.

Pengakuan yang Terbelah

Meskipun banyak kritik, tak bisa disangkal bahwa Belfort memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan UFC dan popularitas MMA secara global. Ia juga dikenal sebagai pionir bagi petarung Brasil di kancah internasional.

UFC dalam pernyataannya menyebut Belfort sebagai “ikon global yang membentuk sejarah UFC sejak era awal.” Penghormatan ini akan diberikan secara resmi dalam seremoni UFC Hall of Fame 2025 yang akan berlangsung musim panas ini.

Pertanyaan Etika di Balik Penghargaan

Masuknya Belfort ke Hall of Fame membuka kembali perdebatan lama: Apakah petarung dengan catatan penggunaan zat peningkat performa layak mendapatkan kehormatan tertinggi dalam olahraga?

Bagi sebagian orang, pencapaian Belfort layak dihargai karena ia tetap menjadi pionir dan inspirasi banyak atlet. Bagi yang lain, seperti Bisping, ini adalah pesan buruk yang memberi tempat terhormat bagi seseorang yang pernah mencederai integritas kompetisi.

More From Author

UFC 313: Magomed Ankalaev Rebut Sabuk Juara dari Alex Pereira dalam Duel Sengit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *